Menurut catatan sejarah, tanaman teh (camelia sinensis)
masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari
Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam
sebagai tanaman hias di Jakarta. Sepuluh tahun berselang, seorang
pendeta bernama F. Valentijn mengatakan bahwa telah melihat perdu teh
muda yang berasal dari Cina. tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral
Camphuys, di Jakarta. Itulah awal mula tanaman teh masuk Indonesia.
Hingga akhirnya, pada tahun 1827, tanaman tersebut mulai
dieperhitungkan, dan ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut.
Berhasilnya penanaman dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa
(Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus
Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh. untuk membuka
landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua
daerah tersebut terdapat ± 180 hektar tanaman teh dengan produksi
sekitar 8.000 kg teh kering.
Meskipun Pulau Jawa termasuk surga bagi kebun teh, akan
tetapi, kebun teh terluas bukan berada disana, melainkan di Pulau
Sumatera, yakni di daerah Kerinci (Propinsi Jambi). Propinsi ini
mempunyai daerah dataran tinggi yang indah, tepatnya di kecamatan Kayu
Aro. Kawasan ini kaya sekali akan panorama yang sangat menakjubkan,di
sini juga terdapat Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).Tak hanya
menjadi gerbang untuk pendaki, salah satu daya tariknya yang terkenal
sejak jaman dahulu adalah Kebun Teh Kayu Aro.
Perkebunan Teh Kayoe Aro dirintis antara tahun 1925 hingga
1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging
Amsterdam (NV HVA). Penanaman pertama dimulai pada tahun 1929 dan
pabriknya baru berdiri pada tahun 1932. Sejak mulai dibuka, teh yang
dihasilkan adalah teh hitam (ortodox) dan tampil menjadi salah satu teh
hitam terbaik di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar